REPRESENTASI PEREMPUAN, ANAK, ETNIS, DAN LGBT DI MEDIA MASSA
REPRESENTASI PEREMPUAN, ANAK, ETNIS,DAN LGBT DI MEDIA MASSA
Radio merupakan media massa yang memiliki sifat berbeda dengan media massa lainnya seperti , majalah , surat kabar , buku , dll . Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukandengan menggunakan bahasa lisan, kalaupun ada lambang-lambang non verbal, yang dipergunakan jumlahnya sangat minim, umpamanya tanda waktu pada saat akan memulai acara wartaberita dalam bentuk bunyi telegrafi atau bunyi salah satu alat musik. Keuntungan radio siaran bagi komunikan ialah sifatnya yang santai. Orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan, sambil tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil. Radio bersifat auditif terbatas pada suara atau bunyi yang menerpa pada indra. Karnanya tidak menuntut khalayak memiliki kemampuan membaca, tidak menuntut kemampuan melihat, melainkan hanya kemampuan untuk mendengarkan. Begitu sederhananya untuk menikmati sajian radio.
Pada dekade 2010-an media massa mulai menggeser media massa lainnya , dikarenalan kegunaannya yang mudah , bisa dipakai dimana saja , serta akses yang mudah . Walau begitu bukan berarti radio sudah tidak eksis lagi , bahkan radio sudah mengikuti perkembangan zaman , terbukti karena sudah banyak stasiun radio yang menyediakan fitur streaming dari web yang ada di internet .
Media massa juga berfungsi merepresentasikan berbagai macam etnis , atau fenomena yang ada . Istilah representasi sendiri mengacu pada bagaimana seseorang , suatu kelompok , gagasan atau pendapat ditampilkan pada pemberitaan . Dari pengertian itu , media berperan besar dalam pembentukan image suatu kelompok atau komunitas, antara lain :
1. Kaum LGBT
Komunitas LGBT yang terpinggirkan merupakan suatu komunitas yang terbentuk berdasarkan persamaan orientasi seksual dan persamaan tujuan dan gaya hidup. Dimana komunitas LGBT tersebut masih belum bisa diterima secara utuh oleh masyarakat maupun negara. Keberadaan komunitas LGBT yang dianggap suatu penyimpangan, melanggar norma agama serta menentang kodrat yang menyebabkan belum bisanya komunitas tersebut diterima sepenuhnya oleh masyarakat dan negara.
Media massa menggambarkan kaum LGBT sebagai kaum yang menyimpang. Media massa Barat yang memiliki peran utama dalam penyebaran informasi dalam proses globalisasi telah menyebarkan stereotipe yang diskriminatif terhadap kaum ini. Begitu juga dengan citra kaum homoseksual, salah satu stereotip yang berkembang dalam masyarakat Indonesia dan dunia adalah mengenai kaum homoseksual yang dianggap menyimpang dari norma.
2. Anak
Yang
kedua adalah tentang Anak . Kehadiran anak-anak sebagai bintang iklan di
media Indonesia bukan hal yang baru
lagi. Kehadiran anak-anak memang sangat menarik. Anak-anak mempunyai perangai
polos, lincah, ceria, gembira dan tanpa problem. Seperti dalam iklan susu
Dancow, iklan Fitkom, iklan susu SGM Eksplor 3, iklan Curcuma Plus. Begitulah
gambaran sekilas anak-anak dalam iklan . Anak-anak pada umumnya muncul pada
iklan produk anak maupun produk orang dewasa. Iklan produk anak misalnya iklan
makanan, iklan minuman, iklan mainan, iklan peralatan sekolah, iklan wisata dan
lain-lain. Adapun iklan yang bukan hanya produk untuk anak iklan pajak, iklan
mobil, iklan barang elektonik dan lain-lain. Representasi anak di sini lebih
merujuk ke arah meraup keuntungan komersil .
3. Perempuan
Selanjutnya juga ada representasi media tentang perempuan media di Indonesia menunjukkan adanya bias gender dalam representasi perempuan dalam media, baik media cetak maupun elektronik. Berbagai bentuk ketidakadilan gender seperti marjinalisasi, subordinasi, stereotipe atau label negatif, beban kerja, kekerasan dan sosialisasi keyakinan gender terlihat. Sebagai contoh, media secara langsung telah memberi label negatif pada perempuan hitam, pendek dan berambut keriting. Perempuan seperti itu “layak” disebut sebagai perempuan jelek. Perempuan cantik adalah perempuan berkulit putih, tinggi, langsing, berambut lurus. Demi mendapatkan label cantik, perempuan berlomba-lomba menggunakan berbagai macam produk kecantikan agar kulitnya putih. Perempuan juga diwajibkan mengonsumsi pil/tablet agar senantiasa langsing. Jika setelah melahirkan dan bertubuh gembrot, buru-burulah mengikuti terapi di rumah kecantikan agar tubuh yang melar kembali seperti semula. Atau, perempuan agar terlihat selalu rapi, harus menggunakan shampo dan konditioner, merawat rambut dengan masker rambut, toning dsb.
Kondisi seperti ini tentu saja membuat perempuan tidak rasional. Perempuan berkulit sawo matang (bahkan berwarna sangat gelap), berusaha mendapatkan citra perempuan cantik (baca: putih) dengan menggunakan berbagai produk pemutih. Mereka tak segan mengeluarkan uang ratusan hingga jutaan rupiah hanya demi mendapatkan label cantik. Bahkan mereka tak peduli dengan risiko yang bisa mereka terima jika menggunakan produk yang tidak diketahui komposisinya.
4. Etnis
Yang terakhir adalah representasi etnis. Dalam hal ini media berpotensi menjadi alat diskriminasi terhadap etnis tertentu , menurut saya yang terlihat adalah representasi etnis Tionghoa media memiliki kecenderungan membuat batasan bahwa warga etnik Tionghoa seolah sebagai warga asing yang berbeda dan terpisah dengan warga Indonesia lain. Diskriminasi itu dilakukan dengan cara memberikan sebutan-sebutan tertentu terhadap etnik Tionghoa yang tidak diberikan terhadap warga Indonesia yang berasal dari etnik lain. Sebutan tersebut antara lain WNI keturunan Tionghoa, WNI keturunan, warga keturunan, keturunan Cina, dan lain-lain.
Kesimpulannya
, media berperan besar dalam menggambarkan suatu kelompok masyarakat kepada khalayak
seperti yang sudah penulis sebut diatas . Namun representasi itu belum tentu
benar karena itu hanya penggambaran media , maka dari itu kita sebagai khalayak
harus bersifat kritis dalam memahami dan menanggapi representasi tersebut .
Sumber :
Tanesia , Ade . (2010). Representasi Perempuan Dalam Media. Diakses
melalui http://www.kombinasi.net/representasi-perempuan-dalam-media/
.
Ananda , Ari. (2016). Representasi Anak-Anak pada Iklan Komersial
di Media. Diakses melalui http://www.academia.edu/24166343/REPRESENTASI_ANAK-ANAK_DALAM_TAYANGAN_IKLAN_KOMERSIAL_DI_MEDIA
En.wikipedia.org (2017). Media Potrayal of LGBT People. Diakses
melalui https://en.wikipedia.org/wiki/Media_portrayal_of_LGBT_people
Criticalmediaproject.org.
(2013). Race & ethnicity. Diakses melalui http://www.criticalmediaproject.org/cml/topicbackground/race-ethnicity/
Komentar
Posting Komentar