Studi Kasus : Eksistensi Radio di Era Digital

Studi Kasus Mengenai Eksistensi Radio dalam Kehidupan Masyarakat di Era Digital Saat Ini




Hasil gambar untuk grafik radio 







Berdasarkan data grafik disamping bahwa ternyata penggunaan radio di masyarakat menjadi peringkat terakhir dari televisi, internet, dan surat kabar. Tidak heran di era digital ini persaingan antar media-media sangatlah ketat. Dapat dilihat bahwa televisi adalah pilihan pertama bagi masyarakat sebagai media hiburan maupun media informasi bagi mereka
        


Dari perspektif gender, dapat disimpulkan dari data di atas bahwa pendengar radio diminati sama rata baik dari kaum laki-laki maupun perempuan. Dari sisi konten, siaran radio yang paling diminati adalah lagu-lagu pop ataupun lagu lagu hits Indonesia. Mayoritas pendengar radio adalah kaum muda (20-39 tahun), yaitu sebesar 46%. Meski demikian, jam mendengarkan radio cenderung berkurang seiring dengan banyaknya aktivitas harian mereka, mulai dari bekerja, berbelanja, bahkan saat liburan sekalipun, menghabiskan waktu bersama keluarga hingga mengkonsumsi media selain radio.

Melanjutkan dari survei Nielsen yang menyebutkan, dibandingkan dengan media lain, 87% penduduk Indonesia menggunakan TV untuk mendapatkan berita, 36% melalui SMS, 11% memperoleh informasi dari radio dan hanya 7% yang masih menggunakan koran/majalah untuk mendapatkan berita. Dapat dipastikan 11 persen masih aktif mendengarka radio. Artinya, masih ada 11 persen penduduk Indonesia yang aktif mendengarkan radio untuk memperoleh berita.

Lebih ke belakang lagi, ada data survei MARS Indonesia (2010). Acara yang paling banyak menyedot pendengar radio mayoritas adalah musik (82%), lalu berita dan ceramah. Informasi lalu lintas hanya menduduki peringkat kelima, masih kalah dengan acara wawancara dengan narasumber yang berada di peringkat keempat. Tempat yang paling sering dipakai untuk mendengarkan radio adalah rumah sebagai pilihan utama, lalu kendaraan dan kantor/tempat kerja.

Sehingga dapat dipastikan eksistensi rado itu masih ada namun dalam  jumlah pendengar cenderung menurun. Sehingga Diperlukan kreasi dan inovasi program siaran, promosi, juga pengembangan jangkauan siaran dengan Radio Online, Streaming, atau Radio Internet dikenal dengan sebutan Radio 2.0 atau e-Broadcasting.

Tingginya antusiasme masyarakat kini pula memunculkan berbagai radio komunitas. Sekarang ini banyak radio komunitas berkembang, seperti dari komunitas sekolah, instansi pemerintah, kampus, komunitas religi, dan lain-lain. Adanya radio komunitas akan membuat segmentasi radio lebih jelas dan lebih terarah. Pendengar pun dapat mulai memilah dan memilih stasiun radio yang ingin didengarkan sesuai dengan kebutuhannya. Munculnya radio komunitas menjadi salah satu bukti eksistensi  radio-radio di Indonesia yang beberapa waktu lalu sempat dikabarkan tenggelam.

Radio Dulu dan Sekarang
Dahulu, orang mendengarkan radio untuk memenuhi kebutuhan berita atau informasi, tapi saat ini orang mendengarkan radio untuk musik. Perbedaan kepentingan pendengar radio pada masa lalu dan masa sekarang memang berbeda. Akan tetapi, perbedaan tersebut diakui tidak menyurutkan niat masyarakat untuk mendengarkan radio. Rata-rata orang mendengarkan radio selama dua jam sehari. Dulu radio menjadi alat, tetapi sekarang radio menjadi teman.

Tantangan Radio Masa Kini
Tantangan radio masa kini adalah iklan. Radio sekarang jarang dilirik para pengiklan. Kurangnya survei terhadap stasiun radio membuat pengiklan tidak dapat mencapai radio-radio sesuai dengan kebutuhan dan segmentasinya. Hal ini tentu memberi dampak pada dapur radio. Banyak radio yang tutup akibat tidak terjamaah oleh agensi iklan sehingga eksistensinya melemah. Hal ini merupakan tantangan bagi radio di tahun-tahun mendatang.

Sumber :
Agbnielsen.com. (2011). Memahami Kebiasaan Konsumsi Media Perempuan. Diakses melalui

Dion, P.S. (2016). Eksistensi Radio 2016. Diakses melalui http://www.academia.edu/27985005/Eksistensi_Radio_2016 pada tanggal 4 Maret 2017

 Romeltemedia.com. (2014). Nasib Media Radio Saat ini. Diakses melalui http://www.romelteamedia.com/2014/09/nasib-media-radio-saat-ini.html pada tanggal 5 Maret 2017


  
Satuharapan.com. (2014). Hari Radio : Era Digitalisasi, Radio Tetap Jadi Primadona. Diakses melalui http://www.satuharapan.com/read-detail/read/hari-radio-era-digitalisasi-radio-tetap-jadi-primadona pada tanggal 5 Maret 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPRESENTASI PEREMPUAN, ANAK, ETNIS, DAN LGBT DI MEDIA MASSA

Radio Komersial vs Radio Komunitas