Teori Komunikasi Massa Klasik dan Kritis


Hasil gambar untuk theory


A. Teori Model Jarum Suntik (Hypodermy Needle Model)
Hasil gambar untuk teori jarum suntik
            Pada awalnya manusia dianggap sebagai khalayak yang mudah untuk dipengaruhi. Sehingga, pesan pesan yang disampaikan akan selalu diterima. Dari hal tersebut kemudian muncul teori ilmu komunikasi massa yang dikenal dengan teori jarum suntik (Hypodermy Needle Model) dari Elihu Katz. Teori ini dikemukakan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1950-an. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator yaitu media massa digambarkan lebih pintar dan juga lebih segalanya dari audience. Teori ini mempunyai banyak istilah lain seperti teori jarum suntik (Hypodermy Needle Model), teori peluru (Bullet Theory), teori sabuk transmisi ( Transmition belt theory). Dari beberapa istilah tersebut dapat ditarik satu makna, yakni penyampaian pesannya hanya satu arah dan juga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap komunikan.
            Pertama teori ini ditampilkan yaitu setelah penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika yang berjudul The Invasion from Mars. Saat itu Orson Welles sedang melakukan siaran radio tentang adanya invasi mahluk halus dari planet Mars dan menyebabkan kepanikan pada ribuan orang di Amerika.
            Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat besar dan perkasa, sehingga komunikaan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Pengaruh media ini didukung oleh munculnya kekuatan propaganda perang Dunia I dan perang Dunia II. Contohnya, Orator ulung dari Jerman, Joseph Goebbels yang menjabat sebagai Menteri Pencerahan dan propaganda dalam pemerintahan Nazi. Dengan orasi dan tulisannya ia sukses meyakinkan masyarakat Jerman untuk membenci Yahudi serta Sekutu dan untuk terus mempertahankan Negara Jerman dengan ikut berperang.
Dari beberapa sumber terdapat beberapa makna tentang teori ini, yaitu :
-          Memprediksi dampak pesan – pesan komunikasi massa yang kuat dan kurang lebih universal pada semua audience ( Severin, Werner J.2005 :314)
-          Disini dapat dimaknai bahwa peran media massa di waktunya ( sekitar tahun 1930an) sangat kuat sehingga audience benar – benar mngikuti apa yang ada di media massa. Selain itu teori ini juga dimaknai dalam teori peluru karna apa yang disampaikan oleh media langsung sampai terhadap audience. ( Narudin. 2007 :165)

Dari sini kita ketahui bahwa teori peluru adalah sebuah teori media massa yang memiliki dampak yang kuat terhadap audiencenya. Dari uraian di atas, dapat diambil contohnya pada iklan mie instan yang bermerek Indomie. Dimana pada saat produk mie instan ini di publikasikan, secara langsung dapat mempengaruhi asumsi masyarakat bahwasanya mie instan itu adalah Indomie. Sehingga sampai saat ini Indomie sudah terdoktrin di ingatan khalayak. Walaupun sudah banyak merek mie instan lain yang bermunculan.

Kelebihan dan kekurangan teori Jarum suntik ( Hypodermy Needle Model)   
           Pada dasarnya setiap teori memiliki kelebihan dan kekurangan. Dan tentunya beberapa teori tersebut hanya bisa berkembangang di masanya dan juga mengalami penyempurnaan seperti teori ini yang juga terus mengalami perkembangan.

Kelebihan :
-          Media memiliki peranan yang kuat dan dapat mempengaruhi afektif, kognisi, dan behaviour dari audiencenya.
-          Pemerintah dalam hal ini memiliki penguasa dan dapat memanfaatkan media untuk kepentingan birokrasi (negara otoriter).
-          Audience dapat lebih mudah dipengaruhi.
-          Pesannya lebih mudah dipahami.

Kelemahan :
-          Keberadaan masyarakat yang tak lagi homogen dapat mengikis teori ini karna tingkat pendidikan masyarakat yang semkain tinggi.
-          Meningkatnya jumlah media massa sehingga masyarakat menentukan pilihan yang menarik baginya.

Hubungannya Teori Jarum Suntik dengan Radio
            Seperti yang telah disebutkan di atas, teori jarum suntik muncul pertama kali setelah fenomena pemberitaan yang bejudul The Invation from Mars yang heboh di Amerika tahun 1950-an yang di siarkan melalui radio. Saat itu, efek yang terjadi pada masyarakat sangatlah besar dan menimbulkan kepanikan pada masyarakat. Padahal berita tersebut belum tentu benar adanya. Dapat dilihat bahwa efek dari komunikasi massa sangatlah besar. Radio sebagai media massa yang digunakan pada saat itu memiliki  kekuatan yang sangat besar, karena pada saat itu radio merupakan satu-satunya media massa yang paling efektif sehingga pesan yang disampaikan langsung diterima khalayak.
            Pengaruh media massa khususnya radio terus berlanjut, yang kemudian didukung oleh munculnya kekuatan propaganda Perang Dunia I Dan Perang Dunia II. Seperti yang dilakukan Menteri pencerahan dan propaganda Nazi, Joseph Goebbels. Dengan orasi yang dilakukan ia berhasil meyakinkan masyarakat Jerman untuk membenci Yahudi serta sekutunya. Propaganda yang dilakukan Goebbels melalui radio dan koran dilakukan sebanyak mungkin dan sesering mungkin. Berita tersebut merupakan kebohongan dan berisi doktrin-doktrin Nazi. Dari situ Joseph Goebbels memiliki quotes : “If you tell a lie big enough and keep repeating it, people will eventually come to believe it”.
            Pada penyiaran di radio terjadi proses komunikasi yang sifatnya satu arah yaitu antara penyiar dengan pendengar tidak dapat terjadi feedback secara langsung, kecuali pada acara-acara interaktif, Sehingga pendengar akan terpengaruh terhadap siaran yang disiarkan di radio. Teori jarum suntik yang dikesankan seakan-akan komunikasi/pesan “disuntikkan” langsung kedalam jiwa komunikan dan juga komunikan dianggap pasif dalam menerima pesan-pesan komunikasi. Sedangkan efek yang timbul adalah pada segi kognitif (perubahan pendapat), penambahan pengetahuan, perubahan kepercayaann), segi afektif (sikap, perasaan, kesukaan) dan segi behavioral (perilaku atau kecenderungan perilaku). Adanya teori jarum suntik tersebut menjadikan media komunikasi massa bisa mempengaruhi seseorang dalam pengetahuan, sikap maupun perilaku. Untuk itu media komunikasi massa sangat diperlukan sebagai alat informasi. 

B. Teori Kegunaan dan Gratifikasi
Hasil gambar untuk uses and gratification
            Teori ini merupakan teori berdasarkan penelitian Elihu Katz, Jay G. Blumbler, dan Michael Gurevitch yang membahas mengenai pemahaman media dan efek media bagi masyarakat. Teori ini menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan atau hasil tertentu. 
            Teori Kegunaan dan Gratifikasi merupakan teori yang berpusat pada khalayak media dengan menekankan pada konsumen yang aktif serta merupakan perluasan dari teori kebutuhan dan motivasi. Tahapan dalam Teori Kegunaan dan Gratifikasi diawali dengan orang secara aktif memenuhi hirarki kebutuhannya dengan pemilihan yang menggambarkan harapan akan adanya penghargaan dibagi dengan usaha yang dibutuhkan, lalu menciptakan tipologi yang mewakili semua alasan yang dimiliki seseorang untuk menggunakan media. Lalu pada tahap ketiga, peneliti menghubungkan alasan khusus dalam penggunaan media dengan variabel seperti kebutuhan, tujuan, keuntungan dan konsekuensi penggunaan media, serta faktor individual.  
            Berdasarkan asumsi yang menyatakan bahwa khalayak aktif dalam menggunakan media sesuai dengan tujuan, dan manusia mempunyai kesadaran diri akan penggunaan media serta nilai isi suatu media hanya dapat dinilai oleh khalayak dan juga media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan.

Khalayak Aktif
 Terdapat beberapa jenis kegiatan khalayak yang dapat dilakukan oleh konsumen media, yaitu :
-          Menggunakan media untuk menyelesaikan tugas – tugas tertentu (Kegunaan).
-          Motivasi seseorang untuk menggunakan media (Kesengajaan).
-          Khalayak menggunakan media untuk menunjukkan minat mereka (Selektivitas).
-          Anggota khalayak mengonstruksikan makna buatan mereka sendiri dari muatan media (Kesulitan untuk memengaruhi).

Pengaruh Media  

            Teori Kegunaan dan Gratifikasi membantu menyelesaikan masalah yang penting bagi teoritikus komunikasi massa, seperti bagaimana menjelaskan pengaruh media yang terbatas ketika terdapat banyak bukti mengenai pengaruh media dimana – mana. Pengaruh media berkaitan dengan komunikasi massa membentuk “situasi sosial’’. Situasi sosial menghasilkan ketegangan dan konflik yang menuntun pada tekanan untuk meredakan melalui konsumsi media. Selain itu, situasi sosial menghasilkan sebuah kesadaran akan masalah yang membutuhkan perhatian, meruntuhkan kesempatan hidup yang sesungguhnya untuk memuaskan kebutuhan tertentu dan obatnya adalah dengan mengonsumsi media. Situasi sosial juga sering kali memunculkan nilai tertentu dan situasi sosial menuntut kesamaan dengam media dimana tuntutan tersebut harus dipenuhi untuk mempertahankan keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu.

Hubungan teori Kegunaan dan Gratifikasi dengan radio
            Seperti yang dijelaskan dalam teori Kegunaan dan Gratifikasi dikatakan bahwa teori ini menyatakan bahwa orang secara aktif mencari media tertentu dan muatan (isi) tertentu untuk menghasilkan kepuasan atau hasil tertentu. Saat ini terdapat berbagai maca media yang dapat digunakan dalam mencari informasi sebagai kebutuhan ataupun kepuasan bagi diri sendiri. Dengan begitu khalayak bebas menentukan media yang ingin dia gunakan. Dalam radio misalnya, khalayak akan menggunakan radio tergantung dari beberapa hal berikut :
1.      Kegunaan : Menggunakan media karena memang berguna. Seperti informasi berita yang terbaru. Khalayak dapat mencari informasi berita melalui siaran berita di radio dan tidak perlu terlalu fokus dalam memperhatikan berita tersebut, karena saalah satu kelebihan dari radio yaitu penyiarannya yang khas hanya menggunakan audio dan di sampaikan oleh penyiar yang hangat, sehingga dalam mendengarkan berita khalayak juga dapat melakukan aktifitas lain.
2.      Kesengajaan : Menggunakan media karena memang motivasi dari awal. Disini khalayak menggunakan media massa radio karena memang sengaja. Misalnya dalam perjalan pulang di mobil. Karena penatnya pekerjaan di kantor maka butuh hiburan, dengan begitu khalayak dapat mencari siaran radio komedi untuk menghibur diri.
3.      Selektivitas : Menggunakan media karena minat. Disini khalayak dapat menikmati informasi di radio menurut minatnya. Seperti misalnnya perkembangan berita sepak bola.
4.      Kesulitan untuk mempengaruhi. Disini pesan yang disampaikan baik itu radio sulit untuk mempengaruhi khalayak karena adanya keterlibatan ego.

Dengan segala kelebihan yang ada pada radio, yang membuatnya unik dan berbeda dari media massa lainnya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan khalayak.

C. Teori Agenda Setting
Hasil gambar untuk agenda setting
Teori ini adalah teori yang menyatakan bahwa media massa merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Teori Agenda Setting ini diperkenalkan oleh Maxwell McCombs dan Donal Shawn.
            Teori ini menjelaskan bahwa media massa memiliki efek yang kuat terhadap khalayak. Media massa digunakan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak dengan tujuan untuk mempengaruhi persepsi masyarakat tentang suatu hal yang dianggap penting. Teori Agenda Setting berasumsi bahwa media dapat memberikan tekenan pada suatu peristiwa dan membuat khalayak yang menerima beritapun menganggap itu isu penting, maka apa yang disampaikan media akan menjadi penting bagi masyarakat. Media massa juga memiliki kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.
Teori penentuan agenda memiliki tiga dimensi utama yaitu :
1. Agenda Media, yaitu berpusat bagaimana media mengeksploitasi atau mengarahkan berita dan informasi secara terus menerus kepada khalayak.
              - Visibility (visibilitas) : Merupakan jumlah dan tingkat menonjolnya suatu berita dalam masyarakat.
              - Audience Salience (tingkat menonjol bagi khalayak) : Merupakan relevansi antara isi dari suatu berita dengan kebutuhan yang diinginkan oleh khalayak.
              - Valence (valensi) : Dilihat dari sisi menyenangkan atau tidaknya suatu cara pemberitaan suatu berita dalam suatu peristiwa yang terjadi.
2. Agenda Khalayak, yaitu berpusat pada informasi dan berita yang terus – menerus diterima oleh publik, sehingga menimbulkan awareness tersendiri kepada publik.
              - Familiarty (keakraban) : Melihat dari derajat kesadaran yang dimiliki suatu khalayak akan topik yang diberitakan.
              - Personal Salience (penonjolan pribadi) : Melihat dari relevansi antara kepentingan individu dengan ciri pribadi yang dimiliki.
              - Favorability (kesenangan) : Merupakan pertimbangan dalam sisi senang atau tidak senangnya masyarakat atas berita yang disampaikan oleh media massa.
3. Agenda Kebijakan, yaitu bagaimana akhirnya berita dan informasi tersebut mempengaruhi kebijakan publik atau kebijakan pemerintah.
- Support (dukungan) : Berupa kegiatan yang menyenangkan bagi posisi berita tertentu.
- Likehood of Action (kemungkinan kegiatan) : Melihat dari kemungkinan pemerintah atas melaksanakan apa yang diibaratkan oleh media.
- Freedom of Action (kebebasan bertindak) : Melihat dari nilai – nilai dari suatu kegiatan yang mungkin dilakukan oleh pemerintah.
4. Framing, yaitu proses seleksi dari berbagai realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dari aspek lainnya. Freming dilakukan oleh media dengan menayangkan suatu berita terus menerus sehingga muncul agenda publik.
5. Agenda Setter, yaitu orang – orang yang mengatur agar suatu berita itu lebih menarik dan juga yang mengatur framing. Orang orang tersebut antara lain adalah editor berita, produser, pemimpin redaksi, dll.

Hubungan teori Agenda Setting dengan Radio
            Teori Agenda Setting kerap kali digunakan berbagai media massa dalam menyampaikan pesan/kontennya agar dapat mendatangkan opini publik. Radio sebagai media massa juga menggunakan agenda setting sebagai salah satu cara untuk untuk membingkai pesan agar dapat menghasilkan opini pubik. Sehingga apa yang penting dianggap media dapat penting pula di khalayak.
            Radio dalam mengatur pesannya dengan agenda setting tidaklah jauh berbeda dengan media massa lainnya seperti tv, surat kabar. Ada proses seleksi pesan yang biasa disebut dengan framing , yang mana pada prosesnya dilakukan penekanan pada suatu peristiwa dan menayangkan atau menyiarkan suatu berita terus menerus sehingga muncul agenda publik.
            Pada radio sering kita temukan adanya berita atau suatu informasi yang kerap kali disiarkan. Seperti berita pilkada DKI beberapa bulan lalu, media selalu menyiarkan perkembangan dari pilkada DKI tersebut. Bahkan saluran radio yang biasanya menyiarkan khusus konten tentang musik dan perkembangannya juga ikut menyisipkan informasi tentang perkembangan pilkada DKI. Dengan agenda setting yang digunakan media massa khususnya radio dengan harapan adanya efek terhadap khalayak. 

Sumber :

Ariska, I. (2015). Teori peluru atau jarum hipodermik.Dikutipdari:http://www.kompasiana.com/igaceper/teori-peluru-atau-jarumhipodermik_54f781c2a33311a0718b45db

Ishadi SK.(2009). Dunia Penyiaran Prospek dan Tantangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.


West, R. Dan Turner, L.H. (2008). Teori Komunikasi. Salemba Humanika : Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REPRESENTASI PEREMPUAN, ANAK, ETNIS, DAN LGBT DI MEDIA MASSA

Radio Komersial vs Radio Komunitas

Studi Kasus : Eksistensi Radio di Era Digital